Menunggui Api

Menunggui Api

"Duhai semesta pagi yang baik hati, titipkan sejumput salamku pada sang mentari. Bukan bagian pertanyaan mengapa hati tak bisa memilih yang ku cari, tetapi jawaban mengapa hati tak lekas berhenti yang ku nanti"

Hari ini aku benci pada diriku sendiri, aku benci pada hati yang selalu saja meramu namamu setiap kali sepi telak memukuli hidupku. Kenapa lagi-lagi kamu? Bisa saja aku berhenti perduli setelah berulang kali kau menganggapku mati. Bisa saja aku berhenti mencari setelah berulang kali kau sengaja membuat ku sakit hati. Sudah lah jika ku jabarkan semua, mungkin ada ratusan kata 'bisa saja' yang ku ratapi sempurna..

Kamu tau? Seberapa banyak gulungan tissue yang ku habiskan untuk mengenang luka peninggalanmu. Aku pernah menyangimu, lalu buta akan segala cinta terhadapmu. Tapi kemudian aku sadar dirimu tidak pernah untukku, begitu juga dengan hatimu. Aku ingin berhenti, bukan sekedar menepi. Tetapi ingin benar-benar memasukan kenanganmu kedalam peti, lalu ku bakar dengan sekumpulan api. Aku ingin berhenti membodohi isi kepalaku dengan segala harapan tentang cintamu yang ternyata semu...

Menunggumu saja sama rasanya dengan menunggui api yang membakar kayu menjadi bara. Ditunggui selihai apapun akan tetap menjadi abu jua, sia-sialah semua daya. Mungkin benar dalam garis tanganku tidak ada satupun cerita tentang kebahagian kita berdua dimuat dengan sempurna. Disisi mana lagi aku bisa merelakan mu pergi dan akhirnya mengacuhkanmu jika kembali. Dinama? Kapan? Bagaimana? Mengapa? Aku bisa tidak memikirkan mu lagi suatu hari nanti mungkin masih menjadi misteri yang ceritanya tak bisa ku tebak sendiri...

Dan pada akhirnya...
Akan ada suatu malam dimana aku terlalu letih untuk memikirkanmu. Dengan sekuat tenaga aku akan (berpura-pura) lupa atas segala hasratku. Mungkin masa akan membiarkan ingatan ku hilang dari obsesi tentangmu. Meski tanpa harus sampai pada akhir cerita akupun sudah bisa menerka bahwa aku yang akan kalah. Aku hanya ingin berjanji pada diriku bahwa kehilanganmu (lagi) tak akan membuat duniaku mati. Dan berharap setelah kehilangan ada datang yang kembali dihembuskan, harapan yang kembali dilambungkan, dan hati yang lebih dikuatkan dari sebelum datangnya kesepian..

INTAN IRA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
WEBSITE/BLOG: http://aksaraira.blogspot.co.id/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Memasang Tanda Admin di Kolom Komentar Blog

Senasib Sepenanggungan

Kelakar Trotoar