Perkara Tentang Yang Saya Tak Ingin Mengerti

Perkara Tentang Yang Saya Tak Ingin Mengerti

-Simpan saja itu, saya tidak ingin tau. Sungguh, saya (mungkin) lebih baik seperti itu-

Perkara apa yang saya (coba) tidak ingin tau, saya lebih baik bisu.

Saya ingat sekali seremah kisah lima tahunan yang lalu. Dihadapan saya terdapat sepasang anak muda yang baru saja merasakan apa itu cinta. Saya kenal sekali mereka, terang saja. Karna itu kita. Dulu kamu masih memakai baju putih abu-abu, sayapun sama halnya denganmu. Lalu, untuk menunggu sekedar bertemupun saya harus menabung selama seminggu dan menunggu hari sabtu. Hah, lugu dan lucu bercampur jadi satu.

Saya juga masih bisa merasakaan sampai saat ini bagaimana perlahannya tangan kita saling mengenggam, saling menunjukan bahwa kita (sebenarnya) satu dalam paham. Saya juga sedang mengkalkulasi jumlah tentang 'serba pertama' yang kita lakukan bersama. Dan sampai dengan ribuan hari berlalu saya masih cukup ingat benar tentang itu.

Teruntuk kamu, yang pertama. Saya tulis ini supaya kamu selalu ingat kalau kita pernah bersama. Dan kita pernah melewati sekelumit kisah yang susah dan merubahnya menjadi baik-baik saja. Kalaupun saat ini kita tidak bersama bukan berarti saya marah. Banyak sebab yang menjadikan suatu paham tidak lagi dapat kita paksakan. Ya, saya rasa kamu sudah mengerti saat ini. Saya tak pernah marah, sekali lagi.

Kalaupun kini kamu menghubungi saya lagi, silahkan saja. Toh, kalaupun  penting pasti tidak tega untuk saya lewati dan kalaupun hanya sekedar basa-basi silahkan saja saya tidak akan anggap lebih. Yang jadi masalah diantara kita saat ini, mengapa komunikasi kita tidak pernah sebaik dulu lagi? Bukankah kita memiliki banyak hal berharga yang bisa kita ulas ulang ceritanya? Kamu lupa?

Tentang hal yang tidak dapat saya temui lagi pada dirimu saat ini, saya tidak mau ngerti.

Walaupun terkadang saya ingin bertanya "mengapa?". Walaupun terkadang saya ingin bicara perihal "bersama". Walaupun terkadang saya ingin berteriak "kembalilah". Percayalah, itu bukan permohonan.  Saya hanya tidak merasakan kamu yang dulu lagi. Saya kehilanganmu, benar-benar telah mati kamu yang dulu. Saya tidak ingin mengingat, seberapa banyak kamu berubah pesat?

Kemana kamu yang dulu?
Apa yang merubahmu?
Saya tau, kamu seribu persen lebih baik dari pada itu.

Kembalilah, saya tidak ingin mengerti.
Apapun arti dari semua ini, saya tidak mau memahami
Kamu yang tau arah untuk pulang lagi

Meskipun akhirnya (lagi-lagi) bukan aku,
Tapi sungguh, kamu lebih baik menjadi lelaki yang dulu
Yang ku cintai karna kamu sesederhana senyumanmu

Untuk lelaki binal yang dulu ku kenal,
Kembalilah (bukan padaku) kejalanmu
Aku tau banyak arus yang merubahmu
Tapi dimataku kamu tetap saja pria lima tahun yang lalu

INTAN IRA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
WEBSITE/BLOG: http://aksaraira.blogspot.co.id/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Memasang Tanda Admin di Kolom Komentar Blog

Senasib Sepenanggungan

Kelakar Trotoar