Cemburu

Cemburu

Masih ada belenggu ragu
Masih ada usikan masa lalu
Ini persoal kisahmu dulu
Bukan perihal aku yang dikurung sendu

“Udahlah Ren, kamu itu selalu aja negatif thinking soal Kak Amda.”
“Gimana nggak negatif thinking Nin, aku cuman berapa hari sih jadi pacarnya?”
“Nah, justru karena kamu baru jadian sama Kak Amda itu jangan berpikiran macem-macem dululah.”
“Oke, sekarang coba kamu jadi aku. Apa yang kamu lakuin?”
“Ya, aku bakal berpikiran positiflah.”
“Nggak semudah itu Nin.”

Karen menyodorkan layar laptopnya ke arah Hanin.

“Nih, lihat nih. Foto-fotonya Kak Amda sama mantannya.”
“Kan cuman foto Ren.”
“Cuman foto? Lihat tanggalnya!” Emosi Karen tiba-tiba naik cepat.
“Hey, hey apa sih? Kalian berdua ributin masalah apa sebenernya?”

Ria mencoba merangkul Karen dan menenangkan emosinya agar tak semakin pitam.

“Nih, lihat nih Ri. Kalau kamu jadi aku gimana? Kak Amda masih nyimpen foto-foto mantannya.”

Kini layar laptop beralih ke tatapan Ria.

“Wuih, itu mantannya?”
“Iya, kenapa? Aku kalah cantik ya?”
“Hey, apa sih kamu tuh Ren. Tenang dululah.”
“Lagian sih kamu, ngapain coba’ stalking akun Kak Amda kayak begini?” Hanin kembali menyambar.
“Apa salahnya sih Nin? Kak Amda kan sudah jadi orang penting dalam hidupku saat ini. Aku kan juga pengen tahu lebih tentang dia.”
“Tapi ya nggak sebegini juga kali’. Stalkingnya seksama banget.”
“Hhh...fotonya masih diambil tahun ini. Bulan Mei dan Agustus, baru juga ya berarti.” Ria mengamati foto-foto yang terpampang di layar laptop putih milik Karen.
“Sekarang kamu Ri, seandainya kamu jadi aku. Gimana perasaanmu kalau pacar kamu masih aja nyimpen foto mantannya. Berdua, mesra gitu lagi. Aaarrgghh...”
“Ya sakit hati sih. Apalagi fotonya berasa masih penuh cinta kayak gini.”
“Tuh kan tuh kan.” Karen menyibak-nyibakkan boneka, guling, bantal, buku, apapun yang dekat dengan dia. Sampai-sampai Hanin pun jadi sasaran amukan dadakannya Karen.
“Aduh Ren, ya woles woles...” Ria kembali menenangkan.
“Menurutmu kalau aku minta Kak Amda menghapus fotonya, apa aku masih bersikap kayak anak kecil?”
“Ya enggak sih, terus gimana mau lupa Kak Amdanya kalau masih ngesave foto-foto mereka kayak gini.” Hanin berceloteh dengan memainkan boneka minion yang ada di tangannya
“Nah itu tuh, kamu itu gimana sih Nin. Plin-plan banget anaknya, jadi aku yang salah karena masih baru pacaran sama Kak Amda atau Kak Amda yang masih sayang sama mantannya.” Karen mulai geregetan sendiri.
“Tunggu, dia putus sama mantannya kapan?” Ria mulai penasaran.
“Dia bilang tahun ini Ri. Tapi ya coba pikirin deh. Beberapa minggu sebelum kita jadian mereka masih mention-mention di twitter. Ya masa’ secepat itu Kak Amda move on nya. Pikirin deh.”
“Move on nggak selalu butuh waktu lama kan Ren.” Tiba-tiba Fifa yang sedaritadi tenggelam pada novel Sherlock Holmesnya buka suara juga.
“Tuh dengerin si Fifa, bener tuh kata Fifa. Kamu sih segitunya banget kalau mikir. Tapi ngomong-ngomong aku lama juga sih move on nya sampe’ sekarang masih stuck di nawi-nawi.

Karen langsung melirik sadis pada Hanin seakan-akan sorot matanya itu berkata

“Aku bunuh tau rasa’ kamu Nin Nin.”
“Terus kalian jadiannya kapan?” Tanya Ria
“Tanggal 17 November ini dan dia sama mantannya udah sekitar enam tahun pacaran bayangin coba’. Cepet banget noleh ke akunya”
“Baru ya berarti. Kamu nggak cerita ke Kak Amda soal ini?”
“Aku nggak langsung ngomong soal foto sih tapi aku tanya ke dia apa aku ini cuman pelariannya aja. Terus Kak Amda jelasin panjang lebar dan aku luluh seketika itu juga. Heran deh sama Kak Amda, pinter banget bikin hatiku tenang.”
“Gini Ren, kamu jalani dulu saja sama Kak Amda. Oke cemburu bolehlah tapi jangan berlebihan. Kamu boleh ingin tahu tentang Kak Amda, tentang mantannya, tentang keluarganya tapi jangan terburu-buru menafsirkan. Sekarang gini deh, Kak Amda memang sudah lama pacaran sama mantannya tapi kenyataanya sekarang begitu kan. Mereka putus terus Kak Amda milih kamu sekarang. Ya sudah, harusnya kamu bersyukur Kak Amda mau jelasin ke kamu, nenangin kamu kalau kamu memang bukan pelariannya dia. Jadi kamu sabar dulu, jalani sajalah. Kalian masih baru jadian juga kan.” Fifa berceramah panjang lebar. Baik Karen, Hanin, dan Ria sepertinya sama-sama telak oleh wejangan dari Fifa.

Semoga degup curiga ini perlahan pergi
Berharap was was dalam diri enyah sendiri
Kemudian cemas tak lagi meghantui
Bukankah aku pun punya masa lalu nan perih
Mungkin menjalani dengan kasih
Adalah cara termanis melenyapkan pedih

RENA KHARISMA
TENTANG PENULIS:

PELAJAR/MAHASISWI
TWITTER: @kharismarena

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Memasang Tanda Admin di Kolom Komentar Blog

Senasib Sepenanggungan

Kelakar Trotoar