Halaman Navigasi merupakan elemen penting di sebuah blog yang berfungsi untuk menampilkan artikel per halaman mulai dari halaman utama sampai postingan terakhir. Dengan adanya elemen tersebut, pengunjung bisa melihat setiap artikel di blog kita yang menarik untuk mereka baca.
Halaman Navigasi di blog pada umumnya menggunakan fitur Button Text (Previous - Home - Next). Namun kebanyakan blogger mengubah tampilan halaman navigasi mereka dengan fitur angka. Kenapa? Agar loncatan per halaman bisa lebih terlihat mulai dari postingan terbaru sampai yang terlama, sehingga pengunjung bisa leluasa mencari artikel tanpa harus membukanya per-halaman.
Kali ini saya akan mencoba mengganti fitur halaman navigasi button text tersebut dengan halaman navigasi angka. Lihat screenshoot halaman navigasi angka blog endolita di bawah ini:
Saya punya beberapa koleksi Halaman Navigasi Angka yang cukup cantik untuk dipasang di blog. Jika templatenya cocok dan mendukung, maka navigasi ini akan muncul persis di bawah halaman posting.Tertarik untuk mencobanya? Bagaimana caranya?
Gadis itu masih tertegun di tepi danau yang tenang, di balik pekarangan milik pamannya. Ia nampak begitu tenang pula masih dengan balutan selendang di kepalanya, menutupi setiap helai rambutnya namun samar samar mampu kulihat legam warna di balik selendang putih susu itu. Aku belum mengerti apa yang sedang ia pikirkan disana. Aku tak kuasa mendekat, hanya mampu memerhatikannya dari kejauhan. Sudah beberapa kali aku tak menyambangi danau ini, tak duduk di tepian danau dan kayu lapuk yang bertengger dengan tenang disana. Walau begitu kayu lapuknya masih mampu menampung berat badanku dengan nyaman. Ya, semenjak gadis yang selalu berselendang itu menyinggahi tempat semediku. Aku hanya diam saja tak berontak karena dia telah merebut tempat yang selama ini kujadikan persembunyian dari kejaran pikiran yang riuh rendah. Mungkin karena guratan di wajahnya mengisyaratkan sendu dan pilu yang begitu mendalam. Aku pun heran, mengapa tak ada sanak keluarganya yang datang untuk sekadar menyapanya jik...
Dear Nesha Allea, Nesh semalam entah mengapa kamu hadir lagi dalam lamunanku, entah tak ku ingat seberapa pekat malam itu. Bisa jadi sepekat coklat hangat yang biasa kau seduh, bisa jadi lebih Nesh. Sebab aku tak sedikitpun mendengar suara gaduh (kecuali, dipikiranku). Mungkin aku terlalu lama membolak-balik laman jejaring sosialmu saat itu. Nesh, apa kabarmu? Tanpa ku sadari hari ini tepat hari ke tujuh puluh satu sejak kau tak muncul dalam janji yang kau buat sendiri. Maafkan aku Nesh, mungkin aku serupa benalu di hidupmu. Aku terlalu menganggumu. Kau marah dengan ku? Tak apalah Nesh mungkin aku harus terbiasa menjadi pecundang yang hadirnya tak pernah kau harapkan. Kau ingat Nesh saat itu kau masih berusia lima belas tahun tepat di tanggal satu, sedangkan usiaku tepat tujuh bulan mendahuluimu. Kau senang sekali ketika aku menghadiahkanmu sebuah penanda kunci, ya seingatku kau terlalu mudah meletakan sesuatu lalu melupakannya (ya, termasuk aku contohnya). Maka dari itu ku beri kau ha...
“Saaaaaaay...aku bingung mau pilih siapa?” “Saaaaay...aku suka sama mas itu...” “Saaay...bisa nggak ya aku dapetin dia?” Halo Say, masih ingat aku pernah heboh sendiri ketika jatuh cinta. Kau yang selalu pertama kali tahu siapa laki laki yang akan aku gebet, akan aku pedekatein, akan aku sabet dia jadi pacarku. “Saaaayyy...badanku sakit semua” “Saaayy...aku belum ngerjain tugas itu.” “Saaaaay...aku titip print tugas ya.” Masih ingat juga aku sering ngeriwuki kehidupanmu dengan berbagai rengekan dari aku bak anak kecil yang sedang ingin dimanja manja oleh ibunya. Ah, masih banyak lagi keruwetan diriku yang kau pahami benar. “Say, aku putus.” “Aku sakit hati Say sama dia.” “Aku udah capek patah hati terus Say.” Bahkan semua kesedihanku pun tertampung penuh padamu. Aku heran kau masih bisa saja tahan dengan aku yang super duper menyebalkan ini. Pertemuan kita bermula dari Ospek kampus dan berlanjut pada perkuliahan yang ternyata kita pun sekelas. Masih ingatkah kamu betapa aku mengge...
Komentar
Posting Komentar